Jumat, 08 Januari 2010

The Island Journey; Ambon

Berapa puluh tahun lalu
Beta masih kecile

Beta ingat tempo itu
Sio Mama gendong-gendong betae
Sambil Mama bakar sagu
Mama manyanyi deng buju-buju
Lah sampe basar begini
Beta ta lupa Mamae

Sio Mamae
Beta rindu mau pulange
Sio Mamae
Oh mama so lihat
Kurus lawange
Beta Balom Balas Mama
Mamapun Cape sio doloe

Sio Tete Manise
Jaga Beta Pu Mamae
Sio Mama Sio Mama
Oh Beta Sayang Mamae

Lagu asal ambon ini, saya yakin bagi anda cukup familiar, apalagi bagi saya,
Waktu hidup dulu dijayapura, saya lahir, bayi sampai berumur 5 tahun kami bertetangga dengan orang asli ambon, mereka sering memutar lagu-lagu ambon di rumahnya, salah satunya dan sering adalah lagu ini.
Lagu ini bisa Anda nikmati disini...



Karena Kedekekatan secara emosional dengan ambon, baru-baru ini saya 3 kali bolak-balik ke kota ambon, untuk tugas khusus (MeJeEs) yang lumayan lama.

saat menginjakkan kaki dikota ini, serasa pulang kampung.
Ambon, kota yang cukup indah, dan berada disisi teluk ambon
Secara fisik, orang-orang asli ambon memang agak berbeda sedikit dengan tipikal orang irian. Tapi bagi saya, mereka adalah saudara KANDUNG.
Entah kenapa, saya selalu menikmati kota yang berada di pinggir laut.

Ambon memang indah.....
Menikmati Keindahan Kota Ambon, tidak terasa bahwa kota ini sempat porak poranda akibat pertikaian saudara dengan Isu SARA, kerusuhan yang dimulai pada bulan januari 1999 sampai beberapa tahun ini sempat menghilangkan ciri khas kota ambon dengan pela gandong’nya. Kerusahan yang sempat membuat ambon kehilangan identitas aslinya. Identitas dimana penduduk dengan 2 agama berbeda bisa hidup rukun dan berjalan bersama dalam aktivitas harian mereka.
Saya sempat bertanya-tanya kepada karyawan setempat yang kebetulan penduduk ambon asli. Supaya adil saya bertanya TERPISAH kepada karyawan yang beragama muslim dan kristen, dan kebetulan mereka mengaku terlibat saat terjadinya konflik SARA tersebut.
(dan pastinya saya minta ijin terlebih dahulu, dan meminta persetujuan mereka untuk bercerita, tanpa bermaksud membuka luka lama mereka)

Sekilas saya membaca secara tersirat bahwa mereka sangat menyesalkan konflik yang terjadi. Dan mereka menyebutkan bahwa konflik ini murni bukan keinginan mereka dan bukan dikarenaka isu SARA, melainkan adanya aktor intelektual yang memang menginginkan terjadinya konflik ini. Dan mereka juga secara tidak langsung menyepakati bahwa konflik ini berakhir bukan karena campur tangan pihak ke.3, melainkan kedua kubu itu sendiri yang menginginkan pertikaian ini berakhir. Mereka sama-sama capek dan rindu akan kehidupan pela gandong yang seperti dulu.

Maaf saya tidak mencertikan detail apa yang mereka katakan, tapi satu hal yang masih tertanam di benak mereka adalah, penyebutan ACANG dan OBET. Ya penyebutan ACANG dan OBET adalah identifikasi perbedaan mereka saat itu dalam konflik.
Tapi syukur Alhamdulillah, melihat kehidupan penduduk ambon dan sekitarnya yang kembali normal dan mereka bisa hidup berdampingan dalam melanjutkan hidup.

Ambon, lebih kita kenal dari pelajaran sejarah dengan seorang laik-laki berani bernama Thomas Matulessy, atau Kapitan Pattimura, Laki-laki ambon asal pulau saparua yang dijadikan pahlawan oleh warga maluku, karena keberaniannya menghadapi Penjajah yang saat itu menjajah pulau yang terkenal akan hasil bumi cengkeh yang sangat berharga dimata penjajah.
Dan juga kita mengenal seorang Kartini dari Ambon, yaitu Christina Martha Tiahahu, seorang putri kapitan yang sejak dari gadis membantu perjuangan warga maluku mengusir penjajah. Dia juga layak disebut Kartini, karena konon dia termasuk motivator bagi kaum hawa di maluku untuk memberikan semangat dalam peran wanita-wanita maluku membantu kaum pria dalam perjuangan mengusir penjajah.


Karena lamanya Belanda menjajah ambon, maka tidak salah ambon dan warganya mempunyai Saat berada di Ambon, memang waktu saya cukup sedikit untuk berkeliling kota ambon, apalagi mengunjungi pulau2 disekitarnya. Keindahan laut kota ambon, lebih banyak saya nikmati di hotel yang saya tempati.Hotel yang sangat indah, berada dipinggir laut yang tenang. Hotel yang berada dipinggiran kota ambon dan berada dibibir pantai laut natsepa.
berada disini, saya semakin menyadari bahwa memang indonesia adalah negara kepuluan yang indah.
Beberapa Jalan-jalan utama di kota ambon berada dipinggir laut. Tipikal kota ini hampir sama dengan jayapura dan balikpapan yang berada dipinggir laut, tapi ambon agak berbeda, karena masih banyaknya pohon-pohon besar yang membuat jalan teduh dan sangat indah saat dilewati.
Oke sodara-sodara, sekarang saatnya menikmati foto-foto keindahan kota ambon

Keindahan Pantai Natsepa dan Rujak Natsepa

Keindahan pemandangan dari Kamar Hotel
Aston Resort Ambon

Kota Ambon



17 komentar:

ikkyu_san a.k.a imelda mengatakan...

waaaah keren pemandangannya.
Seorang tanteku pernah bertugas di Ambon, dan sangat senang berasa di sana.

Kalau bicara ambon aku pasti teringat sebuah puisi ini:

Beta Patti Rajawane, yang dijaga datu-datu cuma satu....

(dulu hafal semua tuh padahal)
(ayooo karangan siapa tuh? ada yang tahu?)

EM

edratna mengatakan...

Pemandangannya indah...membuat ingin datang ke sana.
Sayang cuma sempat transit saat kunjungan ke Sorong....beberapa tahun lalu.

yustha tt mengatakan...

wah....ambon..
moga sekarang dan seterusnya damai..
perbedaan itu keindahan...
dan foto2nya juga indah nian....amboi....

budiuy mengatakan...

Luar biasa.. Cerita yang menyentuh.. kita memang harus hidup berdampingan. Kita lahir berbeda dan menjalani hidup berbeda, hormatilah.. hehe.. Btw, keren juga disana ya bro. Jadi pingin kapan2 main2 kesana.

Oh ya.. wait for your story in my blog today ya..

Marshmallow mengatakan...

huaaa...!!! rujak natsepaaaa...!!!

hehe. *euforia*

bener, mas. soal pertikaian itu, masyarakat ambon memang sudah sangat sadar bahwa mereka dulu ditunggangi oleh aktor intelektual. dan hikmahnya sekarang, mereka jauh lebih resisten terhadap godaan isu sara. apalagi dengan kebijaksanaan pela gandong itu.

Eka Situmorang-Sir mengatakan...

Pantesan pengen minjem judul cerpenku ;)
senja di ambon emang cantiks!

Soal konflik itu.. :( sedih bener! Sungguh... ada bbrp teman yg lari dari Ambon ke Jakarta ketika konflik itu terjadi, dan ceritanya sangat pilu.
Semoga, ah semoga gak kejadian gt lagi ya daeng...

Anonim mengatakan...

Hmmm...dulu waktu SMA, kami suka nyanyi lagu Sio Mama ini rame-rame sambil diiringin gitar. karena sebagian besar anak rantau, beberapa ada yang nangis karena kangen ibu2 mereka...dulu sih, karena deket rumah nggak begitu terasa kangen mamaku.
nah, sekarang, sering deh kangen mama..
wah, Ambon manise! memang indah ya...pengen ke sana deh... :)

THE AFDHAL mengatakan...

@ Mbak EM :
iya puisi itu juga terkenal
tp gak tau karangan sapa yah??

@ bU Ratna :
mudah2an ada tugas diambon ya bu
saya malah pengen ke sorong
pengen ke raja ampat
pengennya banyak

@ tt:
yup, perbedaan itu sangat indah, seindah kota ini

@Budi:
yup bro, mumpung, jadi bisa ngelihat indonesia

@uni marshmallow:
akhirnya yah, RUjak Natsepa
tinggal sagu bakar nih jadi buruan selanjutnya
btw : OOT, kenapa sih aku gak bisa masuk utk comment di blog'mu

@Eka :
AMinnn, memang sudah tidak ada konflik besar seperti dulu
sekarang msh ada beberapa konflik, tapi konflik kecil dan bukan konflik Agama,
mudah2an cepet selesai

@Mbak nana:
ikut si bro deh kalo kesini :)
lagunya memang indah, enak didengar kalo mo pulang kampung
:p

Reva Liany Pane mengatakan...

Seorang teman dekat saya adalah pelarian dari Ambon, korban kerusuhan. Rumahnya dibakar. Ia sendiri dikirim ke Jawa oleh orang tuanya, terpisah dengan keluarganya selama lebih dr 3 tahun.

Terakhir bertemu, dara cantik berkulit hitam manis korban kerusuhan Ambon ini berkata pengen ikutan 'Putri Indonesia' mewakili Ambon. Sayangnya sampai skrg saya tak kunjung bertemu dia.

So glad bahwa Ambon sekarang sudah kembali menjadi tanah yg damai... I hope for the eternity ;)

Unknown mengatakan...

Kota yang indah, bagus sekali hasil jepretannya bro..btw kalo gambar yang pojok kiri bawah, kordinatnya berapa ya? hahaha..jalan2 smbil supervisi media ya Bro?

Marshmallow mengatakan...

kenapa nggak bisa komen di blogku?
lha nggak dicoba jhe.
oya, bilang salamlekum dulu, ya.
trus gak boleh bawa benda tajam dan niat jelek.
baca bismillah.
kalau belum berhasil juga, tawakkal aja deh...
(heran juga banyak yang komplen seragam soal blogku. hiks)

Anonim mengatakan...

jangan ada kerusuhan deh... menang jadi arang, kalah jadi abu.. :-(

pernah skali ke ambon.. emang indah kotanya :-)

Anonim mengatakan...

wahhh, jadi pengen ke sana. Sepertinya makanannya enak2, pantainya juga bagus ^^

Ria mengatakan...

Ambon itu bagus banget memang, aku blom pernah kesana mas tapi hampir setiap hari selama 4 thn denger cerita tentang ambon dari sahabatku sewaktu kuliah. dia bermarga Launapesy.

bikin ngiler aja pemandangan hotelmu :P

Ria mengatakan...

Mas...mas...

Fotonya bagi dunk yg versi besarnya lumayan untuk nambahin koleksi wallpaper :D

Thank you ;)

THE AFDHAL mengatakan...

@ Reva:
Aminnnnnn


@Iwan :
Sekalian donk, menikmati kota sekalian juga kerja

@uni:
aku udah baca basmallaj, samlekum, wudhu juga sampe baca ayat kursi gak bisa juga
moderasinya kallee

@Bro:
mo kesini lagi gak?? yakinnn gak?? hehehhe

@Kutu:
Pantainya masih pada perawan lho.....haa?? perawan??

@Ria:
bikin ngiler??
ke kampung halamanmu makassar aja gak nyampe, apalagi ambon :)

yessy muchtar mengatakan...

ouw ouw ouw...rujak nestapanya bikin ngiler bangettttttttt :)

Aku gak pernah tertarik untuk berkunjung ke Ambon, om. Tapi tulisan dengan foto-foto indah ini membuat aku ingin mengunjunginya :)