Rabu, 03 November 2010

"Mahal"

Zul menarik kursi lipat yang warnanya sudah mulai mendekati putih, pasti kursi itu aslinya berwarna merah, entah itu kursi warisan orang tuanya, entah kursi lungsuran atau sumbangan dari tetangga, entah....
Kursi itu diletakkan diteras rumah yang hanya berukuran 1 X 2 M.
Segelas kopi agak pahit yang dibawanya daritadi diletakkan di kursi kayu, kursi yang dibuat dari bekas kayu paketan. Zul merogoh kantongnya dan mengambil bungkus rokok seharga lima ribu rupiah yang sudah penyot dan hanya tersisa 3 batang.
Setelah menyeruput sedikit kopi dari gelas usang itu, zul membakar sebatang rokok dan memulai lamunannya didepan rumah.


Gajian yang masih beberapa minggu lagi, anak yang beranjak besar, dapur yang harus mengepul terus, kerjaan yang monoton...ahh lamunan yang sangat kompleks bukan, lamunan seorang zul dipemukiman miskin dipinggiran kota ini.

Lamunan zul akhirnya luluh lantak, saat sayup-sayup terdengar suara merdu dari perempuan kecil, yang berlari-lari kecil dan menyanyikan sebuah lagu.
Malaikat kecil zul baru pulang bermain di rumah temannya.

Senyum pahit nan getir keluar dari bibir zul, membuat zul semakin dalam menyeruput kopi panas yang tidak terlalu manis, zul harus berbesar hati membagi stok gula dirumahnya buat keperluan rumahtangganya dan keperluan kopinya

Sang malaikat kecil menyapa zul disore yang dingin itu
”haii Ayah...adek abis main dirumahnya Anti, Anti nanti sekelas lho sama adek disekolah, tadi anti sudah nunjukin buku2 sekolah, buku bacaan, tas, sepatu dan pensil, pulpen yang lucu2”
Zul semakin dalam menghisap rokoknya, tanpa disadari rokok yang dihisap hanya tersisa beberapa milimeter dari gabus filter rokok itu,
”Nanti malam kita jadi kan ketoko buku untuk beli alat-alat sekolahannya adek, ayah sudah janji kan”

Zul memulai petualangan batang rokok keduanya sore itu.
Kopi yang masih hangat itu terasa dingin saat diminum oleh zul untuk menemani batang rokok keduanya.
Hisapan rokok zul semakin kencang saat mendengar malaikat kecilnya berkata ”adek mau mandi dulu yah, siap2 nanti abis maghrib kita pergi ya yah”
Malaikat kecil zul melanjutkan lagu yang dinyanyikan tadi sambil masuk kerumah


Sementara zul langsung mencoba menyatukan hati dan pikirannya disertai tarikan nafas yang dalam dan diiringi dengan senyuman getir dibibirinya.


Zul meninggalkan teras rumahnya dan masuk kerumah.
Tempat yang dituju pertama kali adalah meja kecil tempat kunci motor, Jam tangan butut yang dibeli dipasar malam dan HP buatan china diletakkan.
Bukan..bukan barang2 itu yang menjadi tujuan pertama zul, melainkan Kalender butut yang tergantung diatas meja itu yang menjadi focus pandangan zul
Seluruh organ tubuh zul lemas seketika, ketika melihat deretan angka dibaris keempat paling bawah. Deretan angka itu akan menjadi deretan angka yang manis seandainya terjadi hari ini, sayang seribu sayang, hari ini masih berada dideretan angka di baris kedua, yang berarti waktu untuk terima gaji masih lama.

Mata zul semakin berkaca-kaca ketika melihat seragam sekolah malaikat kecilnya yang tergantung didepan kamar, seragam yang sudah dicuci, setrika dan diberi pengharum pakaian oleh istrinya, apalagi melihat buku-buka jatah dari sekolah tergeletak diatas meja
Buku-buku yang sudah diimpikan oleh si kecil nantinya akan masuk kedalam tas cantik bersama pensil dan polpen-polpen lucu


Blank, kosong, bingung...hanya itu yang ada dikepala zul sekarang ini
Zul tidak tega melihat senyuman indah dari malaikat kecilnya berganti sesenggukan tangis
Matanya Zul tertuju pada Handphone di meja kecil itu
Setelah memastikan pulsanya cukup untuk mengirimkan pesan
Dengan tekat bulat, tangan2 Zul sibuk memencet keypad handphone butut itu
”Maaf pak mengganggu waktunya, saya sudah bingung harus minta tolong kepada siapa, kalau boleh saya mau pinjam uang Rp. 250.000, untuk saya pakai keperluan anak saya sekolah, nanti setelah gajian saya ganti pak, sekali lagi mohon maaf pak dan terimakasih sebelumnya”.