Senin, 01 Juni 2009

Leaving 2

Leaving

aku sudah tidak sabar menunggu hari esok...ya esok untuk pertama kalinya aku akan menaiki sebuah alat transportasi yang bernama KERETA API...esok pagi dengan mata telanjangku, aku akan melihat secara langsung KERETA API yang selama ini hanya bisa kulihat dari layar televisi...
Ahhh kerinduanku akan kota jayapura mendadak sirna dengan ketidaksabaranku menanti hari esok...



15 Maret 1994
Stasiun kereta surabaya; stasiun gubeng atau stasiun semut aku sudah lupa...yang terlintas dipikiranku adalah untuk pertama kalinya dihadapanku berdiri tegak sebuah benda terbuat dari besi baja yang akan membawaku dari kota surabaya menuju kota semarang. Yang pasti kereta api ini berjenis kelamin kereta api ekonomi

Gerbong ekonomi dengan bau khas keringat para penumpangnnya menyambut pengalaman pertamaku menumpang benda yang bernama kereta api

Dari kota surabaya, melewati kota-kota disepanjang pantai utara membawa kami menuju ibukota jawa tengah. Sebagai pengalaman pertamaku menjalani perjalanan panjang harusnya aku bisa menikmatinya. Tapi sayang keadaan fisik atau (lebih tepatnya) keadaan psikologisku saat itu tidak bersahabat.

Perut mulas, kepala pusing entah dikarenakan bau tidak sedap dilingkungan gerbong, atau memang fisik yang sedang tidak fit, membuatku muntah.
Melihat keadaan ini, istrinya mas anto membantuku dengan mengoleskan minyak kayu putih diperutku dan membaringkanku di pangkuannya. Tiba-tiba terbayang, jika ada mama disampingku, pasti mama akan melakukan hal yang sama dan melakukan ritual khas’nya yaitu memijit jempol tangan dan kakiku, aku ingat sekali kata-kata mama "di jempol kaki dan tangan adalah pusat syaraf, dengan memijit dibagian itu akan membuatku syaraf kita kembali normal", aku tidak tahu hal itu benar atau salah. ”ahh mama, seandainya kau ada disini”

Sore hari akhirnya sampai juga kami di stasiun tawang semarang. Keluar dari stasiun kami langsung melanjutkan perjalanan dengan menumpang bus. Sampai didaerah semarang atas, tepatnya daerah gombel kami turun dari bus dan melanjutkan perjalana menuju perumahan rumah’nya doni dengan menumpang ojek.
Perjalanan hari ini berakhir, segera aku mandi menyegarkan badan dan sebelum tidur kami menelepon jayapura untuk memberi kabar kedatangan kami di. Kota semarang.

Kami melewati beberapa hari di semarang sebelum menuju kota yogyakarta. Mas doni dengan setia mengantarkanku keliling kota semarang. 3 hari berada dikota semarang cukup mengobati kekangenanku akan jayapura. Keadaan kota yang berbukit dan dipinggir laut ini kurasakan sama dengan kota kelahiranku.

Menuju Jogjakarta

Setelah 3 hari berada di.semarang sambil menunggu kedatangan mbak’nya Doni yang kebetulan kuliah dijogja, yang sengaja pulang ke.semarang untuk menjemput kami.
Hari yang ditunggu tiba juga. Kami segera berangkat menuju kota yogyakarta. Dengan menumpang bis (kelas bisnis yang ber-AC).
Kayaknya memang aku ditakdirkan untuk diuji ketahanan tubuhku. Walaupun kali ini menumpang kendaraan umum yang ber-AC, tetap membuatku muntah. Dan Kali ini aku tidak mendapat bantuan dari seorang wanita. Karena mbak’nya doni juga tidak kuat melihat orang muntah, maka kali ini dony dengan tulus hati membantuku mengeluarkan isi perutku saat itu.

Akhirnya kami tiba di kota yogyakarta. Aku pertama kali menginjakkan kaki dikota ini tepatnya di terminal Jombor Sleman. Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan dengan menumpang bus kota menuju wilayah kampus UGM (tempat kos mbak’nya Doni).

Beberapa hari kedepan, aku dan dony bakal tidur dikamar kos mbak’nya doni, sementara mbak’nya doni akan mengungsi ke kamar temannya.

Beberapa hari bersama mereka, ada satu hal yang paling berkesan yang mereka lakukan yang sampai saat ini tidak pernah aku lupakan. Mereka mengajakku menonton konser Dewa 19 di Gor Kridosono. Melihat artis pentas merupakan hal pertama bagiku, dan hal ini tentunya sangat berkesan bagiku, seperti hal’nya saat dony mengajariku untuk pertama kali menaiki ekskalator dan lift disebuah mall di semarang beberapa hari lalu :)

Setelah bersama Dony dan Mbak’nya beberapa hari, tiba saatnya kami berpisah...sesuai wejangan dari ayah, setelah ini mereka akan melanjutkan ”meng-estafet-kan” afdhal, dengan mengantarkanku ke seseorang yang akan menemaniku beberapa minggu ke orang lain dikota ini.


11 komentar:

Ikkyu_san a.k.a imelda mengatakan...

Hmmm naik kendaraan umum aku juga paling ngga bisa tuh. Lebih tidak tahan pada bau dieselnya daripada goncangannya.

Sekarang Om Adhal masih suka Dewa ngga? Kan sudah terkenal dia tukang jiplak tuh.Tapi emang enak sih ya... aku punya album Dewa19 lengkap juga tuh.

EM

Anonim mengatakan...

dulu, aku juga paling tersiksa kalau naik bis antar kota. gak pernah gak mabok! tapi, karena keseringan naik kendaraan umum semenjak sekolah di jawa selepas SD, membuat perutku jadi kebal... sekarang, naik kendaraan sejelek apapun hayuk aja, hehehe... :)

yessy muchtar mengatakan...

postinganmu yang ini gak asik! huhuhu... gue malah ngebayangin orang mumun! jelek!!!


*tapi tetep, mama di sebut sebut mulu..dasar bungsu!!!*

Lala Purwono mengatakan...

Yang sangat membuat aku kagum, nih, Al... you still remember every tiny detail! Benar-benar daya ingat yang hebat...

btw,
jangan2 sekarang di tasmu selalu tersedia minyak angin just in case kamu masuk angin di perjalanan, ya, Al? hihihi...

DItunggu kelanjutannya...

afwan auliyar mengatakan...

ehmmmm ... nikmatnya naek kereta api... tutututut

Alberto-the bro neo- mengatakan...

@ afdhal:
wah loe nonton Dewa 19 waktu itu... gw jg nonton kang.. kok kita gk ktemu yach.. he..he..he...

...kuyakinkan restoe boemi...

hehhhh... tuh album terakhir yg gw suka dari Dewa!! Dewa tanpa ALass jd cuman Dhani doang..

Anonim mengatakan...

seperti hal’nya saat dony mengajariku untuk pertama kali menaiki ekskalator dan lift disebuah mall di semarang beberapa hari lalu :)

_________________________________

mas lu idup di jaman batu apah ?
naek eskalator aja mesti ke semarang ahahhaha ;) peaceee becandaaaa..

btw kalo skr masih mau ? Diajak nonton konser itu band ?
Gue mah ogaaah, udh beda jauh mereka dari pas keluar di awal- awal...

THE AFDHAL mengatakan...

@ TE :
lagu dewa??? ENGGAK...makasihh...punya lengkap? waw BALADEWA nih yee

@ Uda :
Naik Odong-odong juga gak muntah kan uda

@ Yessy :
makasihhh..kamyu perhatian bgt, sampe bisa membedakan mana yang asik n gak asikk...

@ Lala :
gak'lah, mo naik apa aja gak perlu minyak kayu putih kok..perlunya cuma Doa (ehm...ehm)

@ Afwan :
ya iyalah tut...tut..tut..mosok breng...breng..breng..

@ BroNeo :
Lha kowe nonton nang ngendi? aku di.kridosono lho, jangan2 kowe nontone nang pakem :p

@ Eka:
iya gw emang idup dijaman batu ...Puasss..puasss... ogah juga nonton band itu? Master of "lip-synch"

pakde mengatakan...

Afdhal... ini RHS kita berdua ya...jangan bilang siapa2... seumur-umur aku belum pernah naik kereta api loh. Sumpah!! Udah itu saja.

THE AFDHAL mengatakan...

@ Pakde :
yaelah pakde..ini mah jadinya bukan rahasia donk..
btw, okey aku keep, beneran loh ini rahasia kita

Muzda mengatakan...

*Loncat lagi ke Leaving 3*