Selasa, 30 Desember 2008

Tahun Baru Hijriah

Tahun baru Hijriah


Kita dapat menambah kegiatan dalam karir…
Kita dapat menambah ilmu dalam hidup..
Tapi, kita tidak bisa MENAMBAH WAKTU untuk hidup

Selamat Tahun Baru 1430 Hijriah

Rabu, 17 Desember 2008

berbahasa....

Di Syukuran Wisuda'ku....

aku mengundang teman dan saudara-saudara untuk hadir dalam syukuran wisudaku ini.
- Teman Kuliah (satu jurusan ; baik yang barengan lulus maupun yang belum lulus)
- Teman kuliah anggota BEM (organisasi mahasiwa)
- Teman SMA dijogja
- Teman dari jayapura (teman SD/SMP yang kuliah dijogja)
- Saudara-sepupu-keponakan warga bugis (kebetulan ayah menjadi Pembina mahasiswa ini).

Acara syukuran seperti biasa, selain pidato kenegaraan dari Ayahanda tercinta, pidato Wisuda'ers, Doa, dan tentunya acara inti MAKAN-MAKAN......
Sebagai tuan rumah yang sedang berbahagia (walaupun terbayang dalam benakku, saat bangun pagi besok beban dipundakku semakin berat, karena akan melewati suatu episode kehidupan baru as a jobseeker)...aku tetep berusaha tersenyum dan mendatangi tamu-tamu yang ada dan duduk berkelompok.

Kelompok pertama yang kukunjungi malam itu adalah teman-teman kampus...
- "Suwun yo wes teko, karo sopo wae....wes mangan to? monggo..monggo"
- "piye rencanamu dol?" kata seorang teman,
- dan aku menjawab "yo wes mulai nggolek gawean, tapi nunggu ijazah'e metu sek", "lha kowe kapan nyusul hehehe" timpaku kepada temanku yang jurusan teknik perminyakan....”wes wes tak maklumi cah teknik pancen suwi nek lulus" lanjutku
Kelompok selanjutnya adalah teman-teman SMA
- “wes do mangan to dab, bogel ora mbo’ jak to” dan beberapa percakapan khas kami.
- “wes tak jak mau je”,yo ngono kuwi bocahe, ditelpon hooh-hooh tok”
- “dadi kelingan endi yo, koncone dewe sma sing paling disik lulus, tapi yo paling disik Lungo
- “hooh yok, mulakno kuwi aku wegah lulus disik” kata temenku agak ngelesss


Kemudian aku bergabung dengan kelompok mahasiswa asal bugis yang berkelompok sendiri...
- “ magai tu? pura ni mandre sappo” (hai, hai...sudah makan kah?)....tanyaku kepadanya
Dan beberapa komunikasi kami dalam bahasa bugis berlangsung ;
- “kendro je candrimu? Siseng-siseng ka je! (mana pacarmu, kenalin duonk)..sepupuku bertanya padaku
- “degaga sappo, deppa ka macandring” (kagak ada bro, gw blm punya pacar ; grmmhhh), ...
- ”niga je tu mapute’e, angka makundrai cokka paga” (nah itu sapa? ada cewek cakep banget baju putih),
- “de tu ah, sibawakku yero” (kagak, itu temen gw lageee)....jawabku
- ”magai tu kuliahmu, magai je metta ladda, massessa tu Mattoamu mattajang” tanyaku kepadanya (bagemana kabar kuliahmu, kenapa lama banget, kacian donk bokap-nyokap elu nunggunya)
Dan komunikasi dalam bahasa bugis lainnya.


Aku bergerak lagi kelompok lainnya, yaitu kelompok teman-teman dari jayapura
komplotan ini secara bahasa emang agak keras (bukan suaranya, tapi penekanannya) , tapi dari vocal suaranya memang masih kalah dengan rombongan anak-anak bugis.
- “eh pace, ko su kemek blum” ...
- ”ah blum”...
- ”ko pigi suda makan, jang lama-lama’e nanti abis sa tra tanggungjawab’e
- “ah gampang itu pace, tong lagi oken-oken dulu sabantar” “ eh itu ada perem mantap samppeeee,sapa tu? Kas kenal2 ka?”
- “ah kimai ni, tra usa bikin diri inti, itu sa pu incaran mo”

Yah begitulah, malam itu aku merasa sebagai anak seribu pulau, memang hanya 3 bahasa ini yang sangat familiar.
Harap maklum, lahir dan besar sampe umur 14 tahun, aku bergaul dengan lingkungan jayapura, walaopun itu bukan bahasa daerah asli (karena di.papua tuh bahasa daerahnya paling banyak se-indonesia), so digunakan bahasa indonesia versi prokem papua.
Bahasa jawa kudapatkan saat orang tua pindah tugas ke jogja, mulai masuk kelas 3 smp aku sudah mendapatkan pelajaran bahasa jawa halussssss, belum lagi pergaulan dengan teman2 sekolah.
Bahasa bugis kudapatkan secara alamiah, dirumah memang orang tua menggunakan bahasa indonesia (hanya kadang-kadang saja berbahasa bugis dan berkomunikasi menggunakan logat-logat jayapura), kelancaran bahasa bugis kudapatkan saat Ayah menjadi pembina mahasiswa bugis, dan seringnya mahasiswa bugis berkumpul dirumah sampe ahirnya aku diajak bergabung didalam organisasi mahasiswa daerah, lidahku semakin lancar berbahasa bugis (mungkin juga didukung dengan kemampuan otak’ku untuk cepat menangkap bahasa bugis ini, HALAH!!!!)

Malam itu serasa berada di jogja-jayapura-makassar....
Bahasa daerah apalagi ya nantinya bisa aku kuasai....?????
Keberadaanku dibalikpapan pun tidak menambah kosakata bahasa daerah’ku, karena di Balikpapan Mayoritas penduduknya adalah Suku Jawa dan Suku Bugis.....hihihi artinya podowae-samimawon-degamarigaga alias sama aje gak nambah

Selasa, 16 Desember 2008

Ayah (2)

Ayah & Sepakbola
Dalam keluargaku hanya aku dan ayahku saja yang doyan dengan sepakbola. Beliau adalah seorang pemain bola tulen, awalnya dari kampungnya dulu, kemudian di. Makassar dan sampai dijayapura pun beliau terus bermain sepakbola. Beliau adalah kapten kesebelasan didepartemen kehakiman kota jayapura, saya pernah melihat di album foto-foto keluarga, ada foto semi hitam putih gitu deh, beliau menenteng bola dan memimpin kesebelasannya masuk ke stadion Mandala jayapura.
Awal mulanya Sepakbola dikenalkan kepada saya, adalah saat kecil dulu tiap siaran tunda Liga Jerman di TVRI minggu siang (dulu hanya siaran TVRI saja, dan kesempatan melihat pertandingan sepakbola hanya minggu siang dan hanya Liga Jerman), beliau selalu menemaniku nonton siaran ini, dan kadang-kadang kalau beliau tidak sempat, aku selalu “ditransfer” ke tetangga sebelah yang biasa kami panggil “opa”, opa ini adalah seorang pria keturunan Ambon-Belanda yang sangat doyan sepakbola, kalau aku sudah bersama opa menonton siaran ini, opa selalu bercerita tentang pemain bola, sistem pertandingan, suporter dll.
Ayahku juga sempat ingin memasukkanku dalam sekolah sepakbola, tapi karena tempatnya jauhhh dari rumah (dan sekolah sepakbola ini merupakan satu-satunya dikota jayapura) maka hal ini diurungkan. Mungkin juga ayahku takut karena teman bermain sepakbola nanti kebanyakan adalah anak-anak asli irian, tau sendiri kaki dan betis mereka segede batang pohon kelapa hihihihi.
Kami mempunyai kesebalasan favorit yang sama, yaitu kesebelasan sepakbola negara BELANDA. Kesamaan kami mulai saat Belanda menjadi juara Eropa 1988, secara kami berdua selalu update turnament ini, jadilah kami berdua menjadi Fans team orange Holland. Untuk Klub favorit awalnya kami sama, yaitu AC Milan, secara juga pada waktu itu AC Milan diperkuat Trio Belanda (Gullit, Basten n Rijkard), tapi semenjak trio belanda ini pensiun ayahku sudah tidak konsisten lagi hehehe, sementara aku tetap konsisten menjadi fans AC Milan. Ayah hanya tertarik dengan klub dimana pemain2 favorit dia bermain, seperti Thiery Henry (saat bermain di Arsenal ayahku sangat memuja Arsenal, saat dia bermain di Barcelona jadilah ayahku seorang fans Barca), Edgar Davids (saat Edgar Davids berbaju Juve, ayahku menjadi fans juventus (I Hate Juve ) saat Edgar Davids menjadi bagian AC Milan,hmm tau sendirilah, ayahku lagi-lagi menunjukkan inkonsistennya)
Saat mulai bermain bola (waktu SMA), ayahku sangat mendukung, jadi soal accesoris sepakbola seperti baju, celana dan tentunya sepatu bola, source budget’ku jelas banget dan lancar, tentunya ayah selalu mensupport aktivitasku hehehe, apalagi saat aku bergabung dengan sebuah klub sepakbola lokal (ya istilahe klub bola-bolaan gitu deh, spesialis Tarkam, tanding antar kampung, gak pernah ikut turnament..) beliau sangat mensupport dan tentunya support budget juga duonkkk.
Sebuah kejadian penting yang menimpa hidupku gara-gara sepakbola adalah, PATAH TANGAN. Dalam sebuah pertandingan, terjadi benturan body dengan pemain lawan yang lumayan gede, dan aku terbanting, tanpa sadar tangan kiriku kugunakan untuk menahan badanku yang terjatuh, dan apa yang terjadi tanganku patah. Teman2ku langsung membawaku ke rumah sakit terdekat (di.sleman), sampai UGD aku langsung menelepon ayahku, dan apa yang terjadi...suara ayahku ditelepon terdengar sangat-sangat kalut...dan aku sangat takut dan membayangkan pasti kena damprat ayahku nantinya, TAPI saat beliau masuk ruang UGD ketakutanku hilang, beliau menebarkan senyum manisnya, tanpa berkata apa-apa beliau memegang tanganku yang patah ini. Dan langsung menghubungi dokter rumah sakit tersebut untuk membawaku kerumah sakit dikota jogja. Sesampai dirumah sakit jogja, beliau tetap terlihat tenang, selalu berada disampingku saat tanganku di.Gips. Selang beberapa hari dengan senyumannya beliau menawarkan padaku untuk berobat traditional di sangkal puntung, dan beliau bela-belain cuti dari kantor untuk menemaniku datang ke dukun spesialis patah tangan ini. Karena beberapa bulan tanganku ini tidak ada perubahan, beliau dengan senyuman khasnya kembali menawarkan padaku untuk scan dirumah sakit dan bertemu dokter spesialis tulang, walaupun hasil scan dari dokter ini menyebutkan tanganku harus dioperasi untuk dipasang PEN besi, kalau tidak engsel tanganku tidak akan berfungsi alias diamputasi, beliau tetap tenang, dan dengan senyum khasnya langsung memutuskan hari itu juga aku harus opname dan besok menjalani operasi pemasangan 2 buah PEN emas putih ditulangku. Pasca operasi sampai terapy rutin dirumah sakit beliau pun selalu menemaninku dengan senyum khas’nya.
Aku tidak tahu mengapa beliau sangat tekun menemaniku menghadapi musibah patah tangan, mungkin karena Cuma saya didalam keluarga yang mewarisi bakat sepakbolanya (hehehe), Sumpah dengan ketenangan dan senyum khasnya itu yang membuatku tegar menghadapi sebuah kenyataan bahwa aku hampir cacat seumur hidup.
Ayahku...ayahku...
Miss ur smile......


Ayah & Tangisan
Seumur hidupku baru kali ini aku melihat beliau menangis tersedu-sedu.
Bulan juli lalu handphone’ku berdering, dan terdengar suara sendu dari mama’ku yang menyampaikan bahwa ayah masuk rumah sakit. Ada gangguan disyaraf otak dan telinganya.
Aku tidak sempat untuk menemani ayahku saat beliau berada hampir 2 minggu dirumah sakit, karena pekerjaan yang tidak dapat ditinggal. Saat mendapat ijin dari bos, aku langsung terbang dari balikpapan ke makassar, saat itu memang ayahku sudah keluar dari rumah sakit. Hatiku berdebar2 didalam taksi dari bandara hassanudin makassar menuju rumah. Sampai didepan rumah kulihat didalam rumah begitu banyak orang, samar-samar terlihat beberapa om, tante dan sepupuku didalam rumah. Saat itu ayahku baru 1 hari meninggalkan rumah sakit.
Saat masuk kerumah dan masih menenteng tas dan koper, kulihat ayahku berdiri dari kursinya dan dengan senyum manisnya menghampiriku. Jika bertemu Ayah, yang selalu kulakukan pertama kali adalah meraih tangannya untuk mencium tangannya, tapi kali ini saat kuraih tangannya, beliau tidak memperdulikan, beliau langsung memelukku, mendekapku dan menangis dipundakku....
Ahhh tangisan itu seperti anak kecil yang baru ketemu orang tuanya.....
Saat itu, jarum jam seakan berhenti dan bumi seakan enggan untuk mengelilingi orbitnya, seakan dunia ini hanya aku dan ayahku yang sedang pentas, semua mata family didalam rumah yang sebelumya asyik bercerita didalam rumah terpana menyaksikan tangisan ayah dipundakku..
“Ayah sakit Nak”.....”Ayahmu Sakit”......
“Ayah sakit”........
kata-kata itu disebut berulang-ulang dengan tangisan lirihnya dan hangatnya air mata ayahku yang jatuh perlahan dipundakku.
Aku tidak dapat berkata apa-apa...benar2 saat itu terasa semua yang ada dialam ini berhenti beraktivitas. Hanya aku dan ayahku yang sedang berkomunikasi dalam pelukan dan tangisan.
Saat itu aku tidak dapat berkata apa-apa hanya mengikuti dan mengimbangi pelukan beliau yang diiringi dengan kata-kata “ayah sakit..’” tanpa henti
Aku tidak mau memeluknya dengan erat, aku tidak mau membuat beliau tambah menangis, aku takut saat memeluk beliau dengan erat, air mata beliau semakin deras, aku Cuma mau menunjukkan secara chemistry bahwa “ya ayah aku tahu apa yang kau rasakan, menangislah dan keluarkan semuanya”
Dengan pelan-pelan kucoba melepaskan pelukkannya dan meraih tangannya dan menciumnya, setelah itu kuarahkan beliau untuk duduk dikursi.
Acara selanjutnya adalah ritualku saat pulang kerumah, yaitu duduk bersebelahan dan mendengarkan semua cerita-cerita yang keluar dari mulut ayah. YA inilah salah satu cara yang aku gunakan dan menurutku efektif untuk berkomunikasi dengan beliau, berada disampingnya dan mendengarkan apa saja topik yang beliau kemukakan.
Setelah puas bercerita, beliau pamit masuk kamar untuk tidur.....
Setelah beliau masuk kamar, NAHHHH rumahku langsung ramai lagi hehehe...apalagi mama’ku, langsung bersemangat menceritakan pengalaman mama menemani ayah selama 2 minggu dirumah sakit, belum lagi sepupu’ku yang menjadi “Security” tiap malam saat ayah dirumah sakit, maklum si-ayah nakal, masih begadan untuk nonton bola (Secara saat itu bersamaan sedang berlansungnya Piala Eropa), belum lagi tante-tante cerita bahwa dari pagi sampai sore, ayah meminta tante-tante untuk membersihkan kamar karena aku akan datang hari itu....ayahku-ayahku...
Walaupun Cuma 2 hari bersama ayah pasca keluar dari rumah sakit, tapi kulihat aura keceriaan diwajahnya yang sudah semakin keriput dan tua dimakan usia. Tapi tetep senyum khasnya tidak pernah lepas dari wajahnya.
Sebelum kembali ke balikpapan, aku berpesan pada ayah, jika merasa sudah agak kuat, siap-siap terbang ke balikpapan, tetepppp ayahku no comment, hanya membalas dengan senyum khasnya yang mengandung makna “cihuuyyyyyyyyyy”......


To be continued
again!!!

Minggu, 14 Desember 2008

off dulu

wah kangen pengen posting lagi...
masih membenahi beberapa konsep postingan eh panggilan jihad dari kantor untuk meeting n briefing
8-14 Bogor..15-19 Banjar...20-24 full briefing..
pokoke desember ini harus tetep produktif lagi deh..

btw seminggu di bogor ada hikmahnya juga, bisa copy darat dengan trainer'ku dulu.
hihihi ngegosip sesama blogger, ya maklum cuma dia aja yang paling rajin mampir disini.

To Be Continued !

Rabu, 03 Desember 2008

Banjir

beberapa foto kiriman dari rekan-rekan area disamarinda...


emang jakarte aja bisa banjir, samarinda bisa juga lho...


ibukota Kalimantan Timur ini benar2 lumpuh, banjir hampir 2 minggu mengurung kota samarinda, dan membuat lumpuh beberapa aktivitas masyarakat disana, dipulau yang masih banyak hutan ini bisa banjir....


berikut beberapa foto banjir di samarinda....