Senin, 31 Agustus 2009

Head To Head

Alkisah ;
Seorang ustadz terkenal (yang sudah malang melintang didunia dakwah dan sering muncul di tipi) dan yang mempunyai program luar biasa dalam hal shodaqoh, diwawancarai oleh salah satu tv swasta. Wawancara dalam program "mengenal lebih dekat" ini intinya mengulas sejarah hidup uztads ini.
Diceritakan bahwa uztadz ini telah keluar masuk penjara beberapa kali. Dan si uztadz akhirnya mendapat Rahmat’Nya didalam Penjara. sang uztads menjadi seorang “Shalat Addict”, semua macam sholat sunnah dilaksanakan, dalam keadaan apapun jika sang uztads pengen sholat, langsung dia meninggalkan aktivitasnya untuk shalat. Saat keluar penjara diustadz insyaf dan mulai untuk mencari nafkah dengan berdagang dan berdakwah. Sukses dengan usahanya sang uztadz kembali ke rumah dan menemui orang tuanya.
Saat bertemu dengan Ayah’nya, si ayah bertanya “apa yang membuatmu berhasil seperti sekarang ini…si uztads terdiam, sebenarnya sang uztads mau menjawab dengan jawaban bahwa Alhamdulillah dia tidak pernah meninggalkan perintah Allah, Tahajjud setiap malam, shodaqoh tiada henti”…tapi sebelum dia menjawab, ayah uztads tersebut mengatakan bahwa, “Kamu berhasil seperti sekarang ini semua karena Ibu Kamu…coba liat apa yang ibu lakukan…ibu kamu tidak pernah berhenti Head To Head dengan Sajadah untuk mendoakan anak-anak’nya termasuk kamu”
Sang uztads terhentak bagaikan terkena petir di siang bolong dan menangislah sang uztads

Teringat akan sebuah Alkisah lain:
Beberapa tahun kemudian, Disuatu tempat, berbeda pelaku
Minggu lalu, saya berkesempatan ke Makassar dalam rangka meeting kantor. Kebetulan sekali pulang kampung dibiayai perusahaan. Meeting selama 2 hari, kemudian (setelah mendapat ijin dari bos) saya extend dimakassar, dalam rangka merayakan ramadhan pertama (Sekali buka puasa dan 2 kali sahur) di rumah bersama orang tua.
Sahur ke dua di rumah, saat aku bangun dan mengambil makan dimeja makan dan melanjutkan makan didepan tivi sambil menyaksikan siaran tivi, terdengar suara Mama didalam musholla. Saat aku lirik mama sedang sholat (mama dan ayah sering melaksanakan Tahajjud dan Witir sebelum sahur), dan mama selalu menambahkan Do’a saat sujud terakhir. Terdengar suara Doa mama lirih. Terlihat jelas mama sedang Head To Head dengan Sajadah. Setelah Mama selesai menunaikan sholat, dilanjutkan dengan Ayah. Setelah selesai sholat dan dilanjutkan dengan dzikir, ayah melanjutkan dengan membaca Do’a. Do’a-Do’a yang beliau bacakan tidak terdengar jelas, hanya satu doa yang terdengar jelas dan familar.
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
Dan ayah dengan mengadahkan kedua tangannya, menyebut Do’a ini berkali-kali dengan suara yang agak keras.
SUBHANALLAH......
Mama Head To Head dengan sajadahnya, sementara Ayah Head To Head dengan kedua tangannya untuk Berdoa.

Dalam hati kecil sempat terpikir, bahwa sebenarnya apalagi yang dicari dari Ayah n Mama’ku ini...mereka berdua sudah Haji dan Hajjah, anak2 mereka Alhamdulillah sudah ”tidak bergantung” lagi sama mereka, TAPI mereka Masih Head To Head dengan Sujud dan Do’a-Do’a nya.
SUBHANALLAH
Saya yakin, dalam sujudnya, mama pasti mendoakan Anak2nya, sementara Ayah dalam Do’anya masih mendoakan Kedua Orang Tua’nya yang sudah tiada.
Mama yang sudah menikmati masa pensiunnya masih mendoakan putra-putri’nya, sementara ayah masih khusuk mendoakan kedua orang tuanya.

*TERTAMPAR*
Ya...saya tertampar...
Membayangkan Mama di Sujudnya, dengan suara lirih (seperti menangis) Mendoakan Putra-putrinya, dan Ayah yang masih dengan khidmat mendoakan kedua orang tuanya.
sementara saya.....hmmm
*TERTAMPAR*


ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO
ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO

"Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil"

Rabu, 26 Agustus 2009

KEMBALI

Alhamdulillah..
akhirnya bisa kembali menjadi blogger...
(ada yang kangen ekeh gak yah)
gimana kabar bapak, ibu, mas, mbak, om dan tante semua...sehat2 aja kan...
maap...maap...lagi (agak) sedikit sibuk nih, setelah travelling keliling borneo, dilanjutkan dengan meeting diluar borneo, akhirnya kembali lagi ke kota tercinta
mari kita lanjutkan blogging..






sehubungan bersamaan dengan bulan ramadhan, belum terlambat kan, buat ngucapin :
Mohon Maaf Lahir dan Bathin
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa





Ramadhan Kali Ini

Ramadhan Kali Ini
Tidak Akan Kubiarkan berlalu begitu saja..

Ramadhan Kali Ini
Dengan Air Telaga yang penuh Cinta
Dengan Sungai yang Penuh Rahmat
Dengan Lautan Kasih Sayang
Tidak Akan Kubiarkan berlalu begitu saja..


Ramadhan Kali Ini
Akan Kureguk Cinta’Mu
Akan Kurebut Rahmat’Mu
Akan Kumiliki Kasih Sayang’Mu
Tidak Akan Kubiarkan berlalu begitu saja..


Ramadhan Kali Ini
Bibir ini tidak akan kering mengucapkan asma’Mu
Tangan Ini tidak akan berhenti mengadah dan berdoa kepada’Mu
Raga Ini tidak akan berhenti Bersujud Meminta Rahmat’Mu
Jiwa Ini tidak akan berhenti merintih memohon ampun atas Dosa’ku
Tidak Akan Kubiarkan berlalu begitu saja..


Ramadhan Kali Ini
Tidak Akan Kubiarkan berlalu begitu saja..
Ya Allah, Jangan Biarkan Ramadhan Ini Berlalu begitu saja

Senin, 03 Agustus 2009

Bandzermash

Selama tugas dikalimantan ini, Banjarmasin yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Selatan merupakan kota yang paling lumayan sering ku kunjungi.
Kota yang termasuk kota besar di kalimantan ini selain mempunyai “kamis suci” sebagai trade mark kota agamis (bagi anda pecinta dunia malam, salah besar kalau ke banjarmasin hari kamis…tul gak bro, bang??), dan juga banjarmasin mempunyai julukan yang terkenal seantero buku pelajaran IPS dan Geografi sebagai kota seribu sungai.
Btw, kenapa ya disebut seribu sungai?? Padahal pada intinya Cuma ada 2 sungai besar disana, sungai martapura dan sungai barito. Sebenarnya dari 2 sungai besar ini mempunyai puluhan, ratusan bahkan ribuan anak sungai yang mengalir membelah propinsi kalimantan selatan bahkan sampai kalimantan tengah. Itulah kenapa disebut kota seribu sungai, bahkan ada juga yang menyebutnya sebagai venezia’nya kalimantan…ciehhhhhhhhhhhhhhh Venecia (huruf H’nya ada 16, itung gih sono)

Banjarmasin, konon kota ini berada disimpangan sungai Barito dan sungai Martapura. Karena konon juga sungai ini luasnya minta ampunn, maka dijadikan lalu lintas perdagangan dan banjarmasin sebagai pelabuhannya. Wilayah ini terbentuk saat jaman kerajaan Banjar. Dimana salah satu patihnya bernama Patih Masíh, Karena ini Kerajaan Banjar dan Patihnya bernama masih, maka disebutlah BanjarmasiH. Karena lidah penjajah belanda agak beda dengan lidah orang local, disebutlah Bandzermash. setelah itu berubah lagi tuh penyebutannya ama si kompeni, dari Bandzermash menjadi Banjarmassingh. Nah waktu dijajah Nippon diganti lagi tuh penyebutannya menjadi Bandjarmasin (capeeee deh) dan setelah merdeka akhirnya disepakati bersama penyebutan kota ini menjadi Banjarmasin (akhirnya).

Sungai bagi orang banjarmasin sudah menjadi budaya. Karena selain image seribu sungai tadi, masyarakat suku asli banjarmasin (suku banjar) banyak yang bermukim dan beraktivitas Turun menurun dipinggir sungai ini.

Satu hal yang paling terkenal dan menjadi ikon kota ini adalah pasar terapung.
Belum afdhol rasanya kalo ke kota ini belum mengunjungi pasar terapung.
Dan akhirnya disuatu kesempatan bersama seorang teman kami mensepakati untuk mengunjungi pasar terapung ini. Dan kebetulan kami menginap di SwisBell Hotel Banjarmasin yang menyiapkan fasilitas perahu klotok untuk mengunjungi pasar terapung ini. Tapi dengan syarat BANGUN PAGI (lebih tepatnya bangun subuh)
Suara resepsionis hotel di gagang telpon merusak suara adzan subuh yang sedang berkumandang, membangunkanku dan memberi tahu bahwa kapal klotok take off position.
Ditemani seorang pilot klotok, dan 4 penumpang (salah duanya adalah ini dan ini) kami menyusuri sungai martapura.


Kami sangat beruntung karena menjalani rute pagi (subuh). Dimana ini ini waktunya manusia bangun dan mulai beraktivitas. Pemandangan aktivitas warga dipinggir sungai martapura ini tersaji dengan gratis...tis..tis...ada yang berwudhu, cuci muka n sikat gigi, mandi, mencuci pakaian, panggilan alam dan semua aktivitas pagi hari yang berhubungan dengan pemakaian air. Semakin pagi dimana matahari semakin menunjukkan batang hidungnya (emang ada hidungnya) semakin jelas’lah aktivitas masyarakat disepanjang sungai martapura ini.
>



Hampir satu jam perjalanan akhirnya terpampang didepan kami sebuah pemandangan Floating Market alias pasar diatas air alias pasar terapung. Saat itu terlihat agak sepi Cuma ada beberapa perahu ditambah pula gerimis rintik-rintik. Tidak seperti digambar-gambar promosi pasar terapung yang perahunya banyakk amat. Tapi bisa terlihat jelas aktivitas jual beli atau barter antar perahu. Konon katanya yang namanya pasar terapung dulu tidak hanya ditempat ini. Pasar terapung banyak terdapat di bagian lain dari aliran sungai ini. Seiring dengan perkembangan, beralihnya fungsi sungai, rapatnya bangunan sepanjang sungai, pengurukan tanah disungai serta menjamurnya pasar konvensional membuat pasar terapung semakin langka. Dan konon juga katanya (kebanyakan pake kata konon nih) saat ini pasar terapung hanya bisa kita dapatkan di tempat ini.

Btw disini ada juga perahu klotok yang agak besar dan di.setting seperti warung makan yang menjajakan sarapan ringan dan soto banjar. Dan selain turis lokal yang mampir dan makan disitu ada juga beberapa warga sekitar sungai yang menumpang perahu dan mendayung sendiri dan merapatkan perahunya di klotok ini untuk makan.
Sayang saat itu kami tidak sempat menikmati soto banjar di klotok ini, karena kami buru-buru melanjutkan perjalanan ke pulau kembang yang hanya berjarak beberapa menit dari pasar terapung ini.
Apa sih pulau kembang ini. Ditempat ini memang kita tidak akan melihat kembang alias bunga ataupun kembang desa warga banjar, melainkan Monyet a.k.a Kera.
Lho kok namanya kembang. Konon lagi nih katanya, konon kata kembang berasal dari kata Meluap --> mengambang --> Mengembang dan disingkat jadi Kembang.
Ada juga sebuah cerita yang mengatakan bahwa sebenarnya delta atau pulau ini awalnya adalah tumpukan kapal perang kerajaan inggris yang saat itu mengadakan hubungan perdagangan kerajaan banjar, karena sesuatu dan lain hal hubungan perdagangan ini tidak berjalan mulus atau dengan kata lain mereka berantem gitu deh (jangan tanyakan padaku mengapa mereka berantem), sehingga warga kerajaan banjar menyerang dan menengelamkan kapal-kapal kerajaan inggris di sungai ini. Nah lama-lama tumpukan kapal ini menjadi sebuah delta atau pulau. Ini konon katanya lho.
Pulau seluas 60Ha ini dihuni oleh ratusan (bahkan mungkin ribuan, konon lho ya...aku gak ngitung) monyet dengan spesifikasi Kera Abu-abu berekor panjang.
Pulau yang casingnya ditumbuhi tanaman mangrove ini juga merupakan pulau yang dikeramatkan oleh beberapa kelompok masyarakat.
Saat itu kami hanya dapat menyaksikan pulau kembang ini dari atas perahu saja, karena begitu perahu mendekat ke pelabuhan pulau ini ratusan monyet sudah berdiri dipinggir pelabuhan dan daratan sambil berteriak-teriak. Jangan tanyakan lagi pada saya apa yang mereka teriakkan, Jujur saja saya gak tau apa yang mereka katakan (silahkan ngarang sendiri atau tanya si bro hehehehe). Beberapa penumpang perahu lainnya juga tidak berani turun, mereka hanya melemparkan makanan dari kapal ke darat. Kami pun tidak berani turun ke darat, karena selain takut disambut kera-kera yang tidak pernah mendapatkan Penataran P4 itu, kami juga tidak mempunyai modal makanan buat mereka. Btw konon katanya kalo kita turun ke pulau itu dan disamperin serta dikerumuni kera-kera yang juga tidak pernah mendapatkan pelajaran PMP dan PPKN ini berarti orang tersebut mendapat berkah.
(kalo gw pikir sih gampang banget kalo pengen dikerubuni kera-kera ini, turun aja bawa kacang dan makanan ringan lainnya pasti ostomatis dikerubuni kera-kera..beress kan)


Beberapa hari kemudian, kami berkesempatan menyusuri sungai ini lagi. Kali ini waktunya adalah sore hari, dan tujuan kami kali ini adalah Warung Soto Banjar di pinggir sungai (btw kenapa ya kalo makan soto banjar diluar kota banjarmasin tidak seenak yang ada dibanjarmasin..sumpee). Perjalanan pagi dan sore hari mempunyai kesamaan, yaitu kita bisa menyaksikan pemandangan aktivitas rumah tangga disepanjang sungai ini. Tidak jauh beda dengan aktivitas pagi hari
Monggo bisa dilihat pada foto2 berikut yang berhasil aku abadikan


Tanpa bermaksud jorok n jijjay...
Menurut sodara-sodara apakah air di sungai ini bersih dan layak untuk digunakan??
Mungkin hanya Mereka, Tuhan dan Departemen pemerintah terkait yang tahu.
Bagi mereka ini sudah culture alias budaya. Tau kan budaya tuh artinya segala sesuatu yang berhubungan akal dan budi manusia, yang terbentuk menjadi sebuah pola (asumsi) dan dijadikan acuan yang turun menurun, means mereka sudah menggunakan akal dan berasumsi bersama untuk beraktivitas menggunakan air sungai ini.
Silahkan dibayangkan, sebelah sono ada yang sedang menunaikan tugas suci ”panggilan alam”, sebelah sono ada mencuci baju, mandi, berenang, sikat gigi, Wudhu , Mancing dan yang pastinya gak ada yang main bola.
Entah sumber penyakit apa yang terkandung didalamnya, bagi mereka ini adalah sebuah budaya. Budaya yang sampai sekarang masih dipertahankan dan menjadi ciri khas kota banjarmasin yang akan selalu dibanggakan.






Referensi :
- Referensi 1
- 10 Kali penggunaan kata konon






Referensi 6 & 7 Tolong Diabaikan