Rabu, 07 Januari 2009

Ayah (3)

Ayah & Surprise.
Ada beberapa hal yang dilakukan dengan surprisenya yang sangat berbekas bagiku.
Ayahku tergolong kategori orang yang cuek, tidak ada romantis2nya sama sekali, bagus ya bagus, jelek ya jelek, ya ekspresi dan tindakannya beliau begitu2 saja.
Mungkin itu yang membuat tahu kalau beliau melakukan sesuatu diluar batas kebiasaan pasti akan terecord dengan baik olehku.
Ada 3 surprise yang menurutku sangat berharga
Bola Basket....
Pindah ke rumah dinas yang baru, kebetulan berada diatas bukit yang dekat dengan kompleks olahraga di stadion Mandala Jayapura.
Setiap sore aku punya kegiatan baru, sepulang sekolah saat sore hari aku berjalan sendiri ke kompleks olahraga itu, pertama2 hanya menyaksikan para pemain persipura berlatih dilapangan sepakbola, lama2 aku berpindah ke lapangan basket. Awalnya hanya menyaksikan orang2 yang bermain basket saja, tapi akhirnya karena ada seorang teman sekolah yang bermain dan mengajak gabung, finally ikutan maen basket juga. Dan sejak saat itu jadilah tiap sore aku bermain bola basket.
Ayah akhirnya “curiga”, kok tiap sore pulang selalu berkeringat hehehe, aku bilang aja emang tiap sore ikutan maen basket dilapangan. Katanya “sama siapa??”, aku bilang aja sendiri, ikut2an gabung, kalo ada yang ngajak ya nonton aja..hehehe...
Tiba2 suatu malam, ayah mengajakku untuk menemaninya ke toko tempat beliau belanja keperluan kantor. Aku sudah sering diajak beliau ke toko ini, tapi malam ini agak beda, sejak berangkat dari rumah sampe ke toko itu beliau diam saja, dan sampai ditoko beliau menyuruhku untuk puter-puter sendiri ditoko, dan beliau melakukan transaksi sendiri untuk pembelian keperluan kantornya. Saat keliling2 toko aku hanya berputar dibagian alat-alat olahraga dan memandangi bola basket, dalam hati inginku memiliki bola basket sendiri, sehingga nanti saat bermain basket tidak harus “mengemis2” ikut gabung teman, or nunggu diajak, aku bisa bermain sendiri jika punya bola basket, tapi....aku tidak berani minta kepada ayah untuk dibelikan bola basket, karena memang dari kecil aku sudah terbiasa tidak pernah meminta2 untuk membeli mainan, atau benda2 kesukaanku kepada ayah. Ahh biarlah hanya mimpi aku punya bola basket.
Lagi asyik berkhayal, tiba2 ayah memanggil untuk mengajak pulang...ahh pemandangan indah berupa bola basket itu tiba2 hilang, dengan langkah gontai aku berjalan keluar toko dan menuju mobil, kulihat beberapa karyawan toko memasukkan barang-barang yang dibeli ayah ke dalam mobil.....sepanjang perjalanan pulang pun tetep ayah diem saja....ah baiklah
Sesampai dirumah, turun dari mobil ayah langsung masuk kerumah, dan masuk kamar, berganti sarung untuk sholat isya, setelah wudhu beliau menemui aku diruang tamu yang sedang menonton TV dan memberi mandat “tuh barang yang didalam mobil turunin ya”....grrmhhhh, yaelah gak bisa liat orang lagi nyante sih,huuh, “siap ayah”, beliau melengos pergi untuk sholat, sementara aku berjuang menurunkan barang-barang dari mobil dan menaruh diruang tengah, sementara mama’ku yang menyaksikan anaknya sedang berperan sebagai buruh panggul hanya cengar2 saja..huhh menyebalkan.
Tumpukan buku, kertas, tinta mesik ketik dll (hehehe jadul amat ya, masih pake mesin ketik ; maklum masih awal 1990-an) sudah menumpuk diruang tengah, dan akhirnya ayah keluar kamar sehabis sholat dan melihat si bungsu sedang berkeringat, tiba-tiba beliau Marah dan mengomel “ngapain dimasukin kedalam rumah semua sih, sudah balikin lagi kedalam mobil, untuk apa diturunin lha wong semua besok mau dibawa kekantor, gimana sih?”...gubrakkkkkkk.
Aku terdiam, baeklah.....”kan tadi ayah bilang turunin semua?”....
Beliau tidak menggubris pernyataanku, tapi melanjutkan sabdnya “udah semua naikin lagi kemobil” sambil melengos dan masuk kamar, dan sebelum menutup kamar beliau lagi-lagi berpesan “yang diturunin hanya kardus kecil warna coklat”....” oke ayah” aku menjawab dengan nada geram....aku belum langsung mengangkat kembali barang-barang yang ada diruang tengah kedalam mobil, tapi aku langsung kemobil untuk mengambil kardus kecil berwarna coklat itu dan membawa keruang tengah. Sampe ruang tengah aku mendengar suara indah dari mama’ku “kata ayah itu untuk kamu, coba buka?, tapi ada syaratnya, jangan lupa kembalikan barang-barang perlengkapan kantor kembali ke mobil”...”yoi mom”, ahhh pikirku ini pasti hanya buku2 sekolah saja, ketika dibuka..eng ing eng, deredenggg......Bola Basket kempes dan pentil............cihuyyyyyy, horeeeyyyyy, ahhhhaiiiiii, uuuhhuuuuuiiii aku berteriak spontan...akhirnya
Aku langsung berlari kekamar ayah, tapi dicegah mama “udah gak usah masuk, ayahmu sudah tidur, kata ayah biar kamu gak ngemis2 lagi ikutan temanmu main, atau nunggu diajak, makanya ayah tadi beliin bola basket diem2 ditoko”,
aku hanya berteriak dari luar “makassihhh ayahhhhh, pokoke ayahku TPO BGT SKL MUACHH-MUACHHH DEH"
dalam hitungan menit semua barang2 yang sudah kuturunkan diruang tengah sudah kembali tertata rapi kedalam mobil.....
tidak sabar menunggu besok sore, segera pompa bola basket dan ke lapangan mandala....
AYAH MEMANG TOP

Sepeda....
Masih dilingkungan rumah dinas yang baru, dengan pindah kerumah dinas baru ini, menandakan ayah naik pangkat, secara rumah dinas yang baru ini berada dilingkungan rumah dinas para pejabat beberapa departemen pemerintahan. Otomatis pula aku akan bergaul dengan anak2 pejabat....ehm...ehm....
Tidak semua teman2 bermain di kompleks ini mempunyai sepeda, kecuali aku dan segelintir teman memang selama ini hanya bisa melihat dan meminjam sepeda teman saat bermain bersama-sama. Ayah sudah sering berpesan “gak usah pinjem-pinjem sepeda temenmu, itu sepeda mahal, ntar kalo jatuh trus rusak, ayah juga yang ganti, udah pokoknya gak usah pinjem2 ya”.....”iye-iye, gak bakal minjem, kalo dipinjemin gak papa ya” (ngeles ; mode on).
Tapi ya namanya anak2, ya harap maklum, apalagi keinginanku bersepeda juga tinggi, jadi maafkan aku ayah kalau ananda sering melalaikan pesanmu hihihihi...
Kondisi geografis komplek kami yang berada diarea perbukitan memang jadi ajang bagus untuk bersepeda ria sambil balapan, sering kami berlomba dengan beberapa sepeda untuk melewati tanjakan dan turunan diwilayah komplek kami, dan yang menjadi andalah kami adalah turunan didepan rumah, karena turunan ini agak berbelok sehingga menjadi jalur favorit bagi kami.
Bagiku ini memang jalur andalanku saat bersepeda, dengan kecepatan tinggi sambil tikungan dijalan yang menurun pasti akan menambah adrenalin (ceileh.....).
Sering saat meminjam sepeda teman untuk balapanan melewati tikungan depan rumah, aku juga sering mampir kerumah sebentar untuk minum...tapi tidak kusadari bahwa selama ini tiap sore kalau aku sedang bersepeda, ayahku mempunyai kebiasaan tiap sore juga nongkrong di depan teras rumah, pastinya beliau melihatku kan...upss hihihihi, untungnya sih ayah tidak pernah menegur, jadinya aku semakin menjadi-jadi bersepeda (tentunya minjem teman L ) dan salah satunya melewati turunan-tikungan didepan rumah dan disaksikan ayah.
Tiba-tiba, disuatu siang saat pulang sekolah...
Tidak seperti biasanya aku masuk rumah lewat pintu depan (biasane sih lewat pintu belakang), dan diruang tamu kakak perempuanku langsung mencegat dan menyampaikan pesan dari ayah “Dhal, kata ayah pulang sekolah, kamu ganti baju langsung makan siang n tidur siang ya, baru nanti sore baru boleh main sepeda”...hah tumben ayah ninggalin pesan.
Ahh sutralah “oke mbak”...setelah berganti baju sekolah dan makan siang, si mbak mengampiriku “tuh liat ada apa dibelakang”......ooww..ooww...
Aku segera menuju bagian rumah paling belakang (dekat dapur dan meja makan).....
SEPEDA BARU, MASIH PLASTIKAN....
Oh My God....................................aku punya sepeda sendiri
Segera kubuka plastiknya, dan memegang pedal sepeda dan memutarnya, waw terdengar suara indah dari rantai roda yang berputar (maklum masih baru, jadi suaranya enak banget didengar...hihihihi)
“udah gak usah kelamaan, sono keluar bawa jalan2 tuh sepeda, daripada ntar lagi ayah pulang malah disuruh tidur siang lho’ kata si mbak...oke deh..
Tanpa berlama-lama lagi, kukeluarkan sepeda dari rumah dan bersepeda keliling kompleks, saat melewati rumah teman yang biasa aku pinjem sepedanya aku berjalan pelan hihihihi (agak narsis), kemudian melewati jalur2 utama tempat kami bersepeda..siang yang panas saat itu tidak terasa, pokoke dunia rasanya indahhh banget...mirip di film laskar pelangi, saat ikal bersepeda pulang dari toko si A ling hihihi
Aku bersepeda sampe sore hari, dan tibalah ditikungan menurun favorit kami dan tepat saat lewat depan rumah, kulihat ayah duduk di kursi kebesarannya diteras rumah dengan senyum manisnya, aku berteriak “makasssihhhhh ayahhhhhhhh”...

Coto Makassar....
Aku masih ingat ini, dan sangat membekas...kejadiannya waktu aku SD (kira2 20 Tahun yang lalu..waw!!!)
Waktu SD aku bersekolah disekolah swasta dimana mama’kutercinta menjadi guru agama disekolah yang sama, hampir 5 tahun saat pelajaran Agama aku diajari Ibuku sendiri hihihih (saat kelas 6 SD ibuku tidak mengajar lagi, karena bergabung ke kantor departemen Agama)
Kelas 1 dan Kelas 2 SD hanya bersekolah sampai pukul 11 Siang saja. Jadi sepulang sekolah aku harus bermain disekitar sekolah sampai pukul 2 siang menunggu ibuku selesai mengajar. Kelas 1 setahun aku lewati pulang sekolah hanya berputar bermain disekitar sekolah, begitupun juga kelas 2, aku selalu menunggu 3 jam sampai ibuku selesai mengajar untuk pulang kerumah.
Suatu saat, begitu keluar kelas terbayang aku harus bermain lagi disekitar sekolah menunggu jam 2. TAPI....kulihat mobil berwarna merah, ahh itu mobil ayahku, tiba-tiba ibuku memanggil dan menyuruh aku untuk langsung pulang saja dengan ayah....waduhhhh, kalo pulang sama ayaah, berarti aku diantar kerumah dan ditinggal sendiri donk, yaelah......
Begitu naik mobil, ayah dengan ramah tamahnya menanyakan bagaimana pelajaran hari ini disekolah (waw....baru kali ini ayah menanyakan hal itu, karena selama ini urusan sekolah aku hanya berhubungan dengan ibunda saja)...
Dan tiba-tiba mobil berhenti disebuah warung Coto Makassar....kami berdua makan Coto Makassar siang itu (benar2 hal ini jarangggg terjadi), saat itu kulihat ayah makan tidak begitu lahap, kebalikannya justru aku yang makan begitu lahap. Ayah hanya melihatku menyantap makanan khas orang sulawesi selatan.
Selesai makan coto, ayah tidak mengantarku pulang, melainkan mengajakku kekantornya.
Benar2 hari itu adalah HARI AYAH DAN SI BUNGSU....
Bagiku benar2 berharga momen ini, memang setelah ini Ayah tidak pernah lagi menjemputku untuk mengajak makan Coto lagi, tapi moment ini benar2 tidak akan kulupa, sebuah kebahagiaan bagiku bisa merasakan kebersamaan dengan ayahku.
Sungguh Surprise yang luar biasa....makasih ayah, walaupun hanya 1 hari seumur hidup, tapi akan berkesan selamanya bagiku.....

Pelajaran bagiku, suatu saat nanti, aku akan memberikan surprise-surprise kecil kepada anakku, karena kadang surprise-surprise kecil ini yang bisa menambah hubungan batin yang baik antara orang tua dan anak
Makasssiihhh Ayah.......




Ayah & aku berdebat.
Seumur-umur baru kali ini aku berani berdebat dengan Ayah......
Aku tau, ayah seorang bugis sejati yang idealis dan keras, sehingga membuat aku sadar untuk tidak pernah mencari masalah dengan beliau.
Tapi moment ini menunjukkan kedewasaanku (saddaappp) dan menunjukkan bahwa Darah bugis memang mengalir ditubuhku.....

Jaman kuliah, untuk kebutuhan salah satu mata kuliah, mahasiswa diharuskan memiliki salah buku wajib untuk kuliah. Karena menurutku ini suatu kebutuhan penting maka aku memberanikan diri menghadap “menteri keuangan”/Ibundaku untuk meminta uang,.....mungkin saat aku menghadap momentnya memang lagi moment gak enak, saat meminta uang, tiba-tiba Ibuku marah2 “kok minta uang terus sih”....haaa aku kaget, dan tiba-tiba juga Ayah nyambar “ngapain lagi, kok minta2 uang terus, untuk inilah, untuk itulah, untuk sumbangan kampus, untuk buku, untuk SPP....bener gak sih”....hahh aku tambah kaget....memang selama ini aku banyak meminta uang untuk keperluan kuliah (selain itu juga untuk keperluan aktivitasku di organisasi kampus)...
“bener kok, ini untuk beli buku, karena mata kuliah ini menuntut harus punya buku, lagian dibuku ini juga banyak contoh-contoh kasus,soal, jadi menurutku butuh banget”.....
Ibundaku masih terus nyerocos “perasaan sudah sering kasih uang untuk buku, untuk yang lain-lain juga, trus kemarin untuk SPP dan Uang kampus lain apa gak ada sisa....untuk keperluan kamu kuliah sudah menghabiskan banyak uang lho”
“bener mama, ini untuk beli buku, kalau yang kemarin2 sudah saya bayarkan juga untuk....”
Tiba-tiba ayah berdiri “ mana buktinya, itu mama’mu mencatat semua pengeluaranmu, sekarang ayah minta mana kuitansi pembayaran SPP dan biaya kampus lainnya?? Bawa kesini sekarang”....
Oke, saat itu aku merasa niat tulusku diragukan....baiklah dan kebetulan juga semua bukti2 pembayaran masih aku simpan....
Tanpa banyak cing-cong lagi aku tinggalkan mereka diruang tengah masuk kamar dan mengambil semua bukti-bukti, lalu kembali keruang tengah....kulihat ayah sudah duduk dimeja kerjanya dengan kertas catatan yang disiapkan mama (waw rupanya mereka berkoalisi hihihii), dengan kaca mata khasnya yang turun sampai ke hidung (hehe maap ayah), aku duduk dihadapannya dengan menyerahkan semua bukti-bukti...”sebentar ya Ayah, saya susun dulu dari semua pembayaran dari semester I sampai....” tiba-tiba dipotong Ayah “udah gak usah disusun-susun lagi, taruh saja disitu biar ayah yang urus”.......
Hmmm, maafkan aku ayah, aku sudah tidak kuat lagi.......dengan tegas aku “melawan”
“Ayah-mama, saya Cuma minta uang untuk membeli buku, dan pasti akan saya belikan buku. Kalau soal kewajiban SPP dan biaya kampus lainnya PASTI saya bayarkan, buktinya ada semua disitu...untuk keperluan buku2 lainnya, mama bisa liat dikamar, ada berapa tumpuk buku disitu....saya tidak bohong...selama ini saya tidak pernah menuntut banyak untuk keperluan kuliah, saya Cuma minta bayar SPP dan biaya kampus, beli buku-buku dan keperluan untuk aktivitas di organisasi kampus..percaya sama saya”
Nadaku semakin tinggi sekarang, kulihat mama masih menampakkan wajah emosi...sedangkan ayah masih membolak-balik dokumen-dokumen pembayaran yang aku serahkan tadi dengan tampang marah....sedangkan aku masih tetap berdiri dihadapan Ayah, tidak gentar
“Selama ini saya tidak pernah minta apa-apa Ayah”..sekarang aku menatap tajam ke Ayah
“saya tidak pernah minta belikan Sepeda Motor, disaat teman-teman kuliah bersepeda motor kekampus....saya tetap ikhlas kadang naik Bus kekampus, minta dijemput teman atau kadang pinjem motor kakak”...” apalagi minta dibelikan mobil, tidak pernah Ayah”
“saya juga tidak pernah merengek2 minta dibelikan HP (handphone), dimana teman2 kampus sudah ber-henpon ria, tidak pernah ayah”...coba liat itu Laporan IPK saya, mohon maaf kalau semester 1 memang IPK saya dibawah 3, tapi liat sejak semester 2 sampe sekarang IPK saya selalu diatas 3, coba bandingkan dan tanyakan ke.kak Innah dan kak Abin (2 Orang Kakakku), apakah mereka mempunyai IPK seperti itu, coba saja tanyakan”
“kalo perlu, Ayah bisa datang kekampus dan liat aktivitas organisasi saya dikampus, bisa liat Jabatan apa yang aku pegang diorganisasi, posisi apa yang aku Handle di Aktivitas kampus, prestasi apa yang sudah aku torehkan buat organisasi kampus ??? (emang apa ya, hihihi lupa!!!!)..........
Sekarang aku liat muka mama merona merah dan matanya berkaca-kaca, sedangkan Ayah Cuma memegang 1 lembar kertas dengan tampang kosong...waw aku mampu membius mereka hihihii.....
“ayah-mama”...nah sekarang nadaku sudah mulai rendah
“sekali lagi saya tidak pernah menuntut lebih, saya Cuma minta uang untuk beli buku saja....kalau memang tidak mau, ya sudah gak papa, tidak usah kasih uang untuk beli buku, biarkan saya kuliah apa adanya, tapi sekali lagi percaya, saya tetap lakukan yang terbaik”
(Terima kasih,wassalam hehehehe enggak deng)
Langsung saja kutinggalkan mereka dan masuk kamar sambil membanting pintu...(maafkan aku ayah)

Mungkin malam itu aku datang bukan pada saat yang tepat, sampe sekarang aku tidak tau sebenarnya ada masalah apa yang menimpa mereka malam itu, sehingga sangat sensitif...tapi aku tidak pernah menyalahkan mereka...ini hanya masalah “not right time dan not right place”
Maafkan ananda yang berbicara keras dan tidak sopan saat itu ayah.....


Besok paginya saat aku bangun, rumah sudah kosong...ayah-mama sudah berangkat kerja dan kedua kakakku sudah berangkat kuliah....dan diatas meja kerja ayah, ada tumpukan uang dan kertas kecil berisi tulisan tangan mama “uang afdhal-buku”









Hampir seminggu kemarin diakhir desember, aku menikmati saat-saat yang indah ber3 bersama ayah-mama. Semua tempat dibalikpapan kami kunjungi bersama. Cuma sayang kami tidak bisa bepergian lebih jauh lagi, karena kondisi ayah yang lemah dan tidak bisa lama-lama duduk dan jalan.....tapi aku lihat kebahagiaan di wajah dan mata mereka.....malah Ayah minta Extend segala hehehe..sayangnya juga, saya tidak bisa mengajak ayah makan coto yang paling enak dibalikpapan, yang berada dipinggir laut, karena dilarang mama (ayah sudah tidak boleh makan daging2an lagi).....saat mau pulang kembali ke balikpapan, mama Cuma meminta beli oleh2 untuk keluarga dan uang saku (sekarang gantian, mama yang minta uang ke aku hihihihi), dan Ayah...Cuma minta SARUNG sutra khas Samarinda, hmmm Bungkussssss


still, to be continued...(ayah ; the picture)

4 komentar:

Anonim mengatakan...

waaaaahhh Afdhal, ngga pernah aku baca cerita hubungan ayah dan anak yang begitu explisit dan mau diceritakan ya (secara tertulis lagi) ....

hmmm gini rupanya hubungan anak laki dgn ayahnya (manggut-manggut, sambil ngebayangi kelak Riku/Kai akan nulis kayak gini ngga ya? Jangan-jangan yang ditulis ttg aku terus hihihi GeER)

cerita sepeda aku jadi ingat adik laki-lakiku. dia juga dibelikan sepeda. Umur cuma sehari....karena dicuri waktu dia bawa ke rumah temennya. Sejak itu ngga pernah dibeliin sepeda lagi (dan dia juga ngga mau...kesel katanya)

pasti ayah-mama kamu seneng ya liburan kemarin. aku bisa bayangin. selama masih bisa, manjakan mereka. aku juga sedapat mungkin manjakan orang tuaku sekarang (kalau tidak sekarang kapan lagi)

EM

Anonim mengatakan...

Afdhal.
Hubungan ayah dan anak lelaki sering bersitegang, walau mereka saling menyayangi. Dulu anakku juga seperti itu, dan ayahnya shock langsung stroke, untung masih tertolong.

Sekarang Afdhal sudah besar, coba jangan hanya menuntut, tapi juga mencoba meringankan beban beliau. Anak-anakku, saat kuliah sambil kerja, entah jadi asisten atau apa, walau saya masih membayar SPP, praktis mereka punya uang saku berlebih, dan ini malah membuat mereka memahami kesulitan ibunya. Saat lulus, si bungsu (perempuan, kaget saat ke Bank, uang nya ada puluhan juta, rupanya uang yang saya kirim tak pernah digunakan, tapi dia berusaha menghidupi diri dari uang hasil keringatnya.

Sekarangpun S2 beasiswa dan juga sambil kerja.
Orangtuamu pasti sayang padamu Afdhal, beliau pasti sedih tahu kamu membanding-bandingkan dengan kakakmu.

Selagi masih ada waktu, berbuat baiklah, dan berikan kebahahagiaan buat ayah ibu

Anonim mengatakan...

Dal ...
Aku yakin ...
Sarung Samarinda dari Kamu ini akan Dia sayang-sayang sepenuh hati ...

Akan dia pakai ...
Bahkan saat dia tidur pun dipakai untuk menyelimutinya ...

Percaya sama saya ...

This is nice Dal ...
Salam Sounds Great ...

THE AFDHAL mengatakan...

To Ikyu..
kata sodara-sodara aku n ayah agak mirip, baik dari wajah dan sifat hehehe, yup sisa hidupku untuk membahagiakan mereka pastinya

To ibu ratna..
anak-anak ibu hebat..
mudah2an anak2 saya nanti bisa seperti mereka AMINNNN

To Mr NH...
Pastinya pak