Jumat, 29 Mei 2009

H+1

Karena esok hari adalah libur, malam itu kuhabiskan waktu untuk menonton VCD yang kusewa malam itu…
terbangun pagi hari, baru kusadari Handphone’ku mati total, kondisi kos-kos’an sangat sepi. Karena teman2 kos lainnya pada pulang kampung, dan memang untuk weekend kali ini aku tidak pulang ke jogja (karena mobil’ku masih dalam perawatan bengkel sehubungan dengan kecelakaan lalu lintas yang kualami berapa minggu sebelumnya)

Saat menghidupkan kembali Handphone, terlihat jelas tertulis belasan missed call, oh rupanya handphone mati total karena, belasan missed call tadi… setelah kulihat siapa pelakunya, MAMA…saat aku telepon kembali, terdengar suara mama diseberang sana berteriak dan menangis..
‘Adhal, itu jogja gempa, mama tidak bisa menghubungi Kak Innah dan Kak Abin”
Mama terus berteriak dan menangis,
Ahhhhhhh.....langsung ku nyalakan Televisi dan semua siaran televisi membahas tentang gempa jogja
Oh My God...Mbakku, Ipar dan Keponakanku serta Abangku di jogja bagaimana?
Langsung aku menghubungi nomor handphone mbak dan ipar;ku, tapi sayang tidak bisa dihubungi, kemudian aku menghubungi nomor abangku, juga tidak bisa...aku lanjutkan menghubungi kekasih tercinta dijogja, juga tidak bisa...
Ya Allah, aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan....

Aku hanya bisa meng’sms nomor mereka, dan memantau sapa tau salah satu dari nomor yang aku sms memberi status delivered.


Dan akhirnya saat siang hari nomor handphone abangku memberi notifikasi delivered (rupanya setelah siang hari, hanya nomor 0815.. yang bisa dihubungi di jogja), langsung saja kuhubungi abangku disana...
” Semua aman dhal, saya sudah telephone mama, dan kami semua sudah berkumpul sama-sama, tidak terpisah, walaupun Rumah Mbak Innah Hancur Total”
Ya Allah... ”tapi kita semua sehat Wal Affiat”..

”Dhal tolong dibantu subsidi pulsa saja, karena sementara hanya nomorku yang bisa dihubungi”
Alhamdulillah Mereka Semua Selamat....
Sementara kekasih tercinta, akhirnya bisa aku hubungi melalui telephone rumah di Kos’nya, dan akhirnya aku lega karena dia dan semua teman satu kos mengungsi ke kota solo.

Sampai malam hari aku masih terus menghubungi abangku, jelas aku merasa tidak tenang berada dipekalongan, sementara saudara-saudaraku tercinta yang berjarak 4 jam perjalanan sedang menderita...malam itu abangku mengabarkan bahwa mereka tidur pada tenda yang disiapkan di halaman kantor walikota yogyakarta.
Abangku memang berpesan agar aku tidak ke jogja dulu, mending aku stand bye dulu sambil menunggu kabar selanjutnya, tapi aku tetap ngotot untuk ke jogja. Dan akhirnya mbak meminta agar aku ke jogja, untuk mengungsikannya dan keponakanku keluar dari jogja.

Esok harinya, pagi buta dengan ditemani driver kantor dan mobil standbye kantor, kami meluncur ke jogja...tidak sabar rasanya pengen cepat sampai jogja.
Saat memasuki kota jogja dan melalui jalan solo, terlihat beberapa bangunan, gedung, pertokoan, kampus IAIN runtuh....Memasuki jalan Timoho, terlihat beberapa mobil ambulan meraung-raung, beberapa mobil parkir disekitar tempat pemakaman, dan warga yang duduk-duduk didepan rumahnya beralaskan tikar.. kota jogjakarta benar2 lumpuh...


Sampai juga aku di jalan kusuma negara, tempat rumah makan si mbak. Rumah makan milik mbakku ini Alhamdulillah masih berdiri kokoh, walaupun dibeberapa sisi terlihat retakan kecil. Saat turun dari mobil aku disambut Abangku yang langsung memelukku dengan mata sembab, sementara mbakku hanya bisa duduk terdiam didalam rumah makannya. ”Ya Begini Dhal, Keadaannya, Alhamdulillah Rumah Makan’nya tidak apa-apa, Cuma rumahku aja yang tidak berbentuk lagi” kata si mbak
Tiba-tiba, si aco keponakanku tercinta menghampiriku dan berkata dengan nada lirih ”Om, Rumah Aco hancur”
Tidak terasa air mata mengalir dipipiku


Selanjutnya aku menghubungi Mama di Makassar dan mengabarkan keadaan kami di Jogja. Selang beberapa menit setelah menghubungi mama, tiba-tiba rumah makan mbak bergetar hebat, aku seperti di goncang-goncang...Gempa Susulan...Oh MY God...kami berhamburan keluar...dan terlihat disepanjang jalan kusuma negara, orang-orang berkumpul ditengah jalan...
”yang ini tidak seberapa dengan yang kemarin” kata abangku....bussyyeettt....ini tidak seberapa, lha wong ndas’ku wes mumet jhe.
Setelah Tenang, mbak buru-buru masuk kembali ke rumah makannya dan mengambil pakaiannya dan pakaian aco yang akan dibawa. Setelah semua beres, berpamitan dengan abang dan ipar, segera kami meluncur ke rumah mbak, sebelum kami keluar dari jogja...


Ya Allah, Ya Rabbi...luar biasa Peringatanmu kepada Manusia..
melihat Rumah Mbak yang biasa aku tempati kalau pulang weekend dijogja sekarang luluh lantah, aku tidak bisa membayangkan betapa dasyatnya gempa kali ini.

Saat sedang mengambil foto runtuhan rumah mbak, kembali tanah yang kupijak berguncang hebat. Langsung aku menarik aco dan menggendongnya kejalan..rupanya gempa susulan lagi...rumah mbak ini berada persis dibelakang masjid, dan menara masjid ini sudah miring...ini yang aku takutkan, jika menara ini rubuh menimpa kami.

Setelah si mbak selesai berpamitan dengan tetangganya, segeralah kami meluncur ke Banjar, Ciamis. Tempat orang tua-saudara dari Ipar’ku (Suami Mbak).

Selama perjalanan, mbak bercerita bahwa selama ini, setelah shalat subuh, mbak dan suaminya selalu ke pasar untuk belanja keperluan rumah makannya, dan Aco (keponakanku) selalu ditinggal dirumah sendirian (karena masih tidur), dan rumah dititipkan kepada tetangganya. Tapi rupanya Subuh kemarin, Karena perasaannya yang tidak tenang, Aco dibangunkan oleh si mbak, dan sebelum pergi ke pasar, Aco diantar terlebih dahulu ke rumah makan untuk dititipkan dan bermain dengan karyawan rumah makan. Tidak terbayang kalau saat itu Aco ditinggal dirumah saja.

Rupanya Allah sedang berkehendak lain hari itu

Kami Tiba Di Banjar, Ciamis tengah malam.. Mbak hanya bisa menangis saat berpelukan dengan mertua’nya...sementara aku menggendong aco yang dari tadi tertidur pulas di mobil...setelah menelepon mama dan mengabarkan Mbak sudah sampai di Banjar..aku segera melanjutkan perjalanannku malam itu kembali ke Pekalongan


Mengenang Gempa Jogja 3 Tahun Yang Lalu

9 komentar:

Lala Purwono mengatakan...

Oh My..
Sedih banget bacanya, Al.. Meskipun lega juga karena semuanya baik-baik aja.

Aku juga punya keluarga di Jogja, Al, malah ada yang rumahnya persis di Bantul, pusat gempa itu. Syukurlah, tante dan sepupu2ku yang masih balita itu baik-baik aja. Mereka berhasil menyelamatkan diri dan untuk sementara tinggal di penampungan.

Kebayang betapa paniknya kamu saat itu, Al. Soalnya aku juga sulit banget ngehubungin bulik2ku di sana. Pingin nangis aja rasanya. Sampai akhirnya datang satu SMS dari mereka kalau kondisinya sudah nggak apa-apa.

Ya..
Tuhan memang memiliki rencana yang hebat dan kita tidak pernah tahu apa rencanaNya pada hidup kita...

*aduh, pingin nangis, jeh...*

yessy muchtar mengatakan...

Komenku akan sama dengan semua tulisan tentang gempa jogja, Lek...

Semoga Allah selalu melindungi kita dan orang ornag yang kita kasih...selalu, Amien.

Alberto-the bro neo- mengatakan...

betapa dahsyat alam..
sungguh maha dahsyat penciptanya..

Unknown mengatakan...

Dhal,kl gak salah di balikpapan 2 minggu lalu ada gempa juga kan? Tp gempanya,gempa lokal qiqiqiqi

reallylife mengatakan...

wah serasa diingatkan lagi ni
gempa dan tsunami
meski tlah berlalu namun kudu diingat bukan untuk melemahkan namun justru harus membuat kita semakin kuat dan tegar menghadapi hidup dengan segala bumbunya
btw pertanyaannya sudah saya jawab di blog saya
silahkan mampir

ammadis mengatakan...

Untunglah msh diberi kehidupan oleh Allah....

Kenangan bencana yg menyedihkan itu selalu menjadi yg buruk dan menimbulkan haru yaaa...

Mudahan tak terjadi lagi dah...Amin...amin...

radesya mengatakan...

Kirain jogja gempa lagi kak, sedih juga ya kalau ingat.., alhamdulillah masih selamat, rumah ancur masih bisa dibangun lagi..

Sekarang dah baikan ya kak?

Ikkyu_san a.k.a imelda mengatakan...

Untung sekali Aco dibawa ke rumah makannya ya. Tuhan masih melindungi keluarga Mbaknya Adhal.

Bencana alam tak pernah dapat di duga. Meskipun kita tahu tidak perlu panik, tapi namanya manusia pasti akan kepikiran terus akan sanak keluarganya.

Bagaimana Aco sekarang? apa masih trauma?

EM

Anonim mengatakan...

aih... ternyata kenangan itu terus membekas ya...

ok, biarlah kenangan itu tetap terpatri di benak kita, bukan untuk terus menangisinya, tapi untuk bisa dijadikan pembelajaran untuk kita sebagai individu dan pemerintah sebagai penguasa...