Kamis, 10 Juli 2008

paul rusesabagina (Rwanda)


Orang Hebat...
siapa dia!!!!!





Entah kenapa kalo nonton pilem yang merupakan kisah nyata, pasti remote control TV akan aku ”amankan” alias tidak disentuh-sentuh lagi....
Kebetulan di kos langganan langganan TV Cable dengan 40 channel, kebayang deh harus ”konsolidasi” antara mata, keadaan hati, pikirin untuk memilih nonton yang mana, ditambah lagi siaran lokal kalo malam ”luar biasa” penuh dengan drama yang tidak mendididik (tuh sinetron-sinetron...menyebalkan)

Malam itu tidak sengaja dari 40 channel yang aku liat, pada channel kesekian (lupa oi); dan pastinya Channel khusus pilem) akhirnya aku memutuskan untuk ”mengamankan” remote dari tanganku, sebuah pilem tentang kisah nyata dan kebetulan juga ceritanya dengan ”background” afrika...karena kedekatan psikologis dengan suku-suku ras warna kulit hitam (maap 14 tahun booo bergaul dengan orang irian) inilah yang memantapakan hatiku malam itu untuk menikmati film ini sampe habis....

Paul ini ceritanya seorang manager hotel di Kigali Rwanda. Hotel ini termasuk hotel termewah dirwanda, dan hotel ini berisi tamu-tamu “tajir”, Orang asing. hotel ini juga merupakan hotel tempat berundingnya 2 suku yang sedang “perang saudara” ( Hutu vs Tutsi) di Rwanda.
Perang saudara ini merupakan peninggalan penjajah dinegara ini. Hampir sama dengan Belanda di indonesia saat menciptakan politik ”devide et impera”, Belgia yang menjajah Rwanda saat itu pun meninggalkan ’politik adu domba” kepada negara ini. Konon saat menjajah Belgia sangat memperhatikan dan berpihak mada suku Tutsi (sebagai minoritas), tapi pada saat Rwanda merdeka justru pemerintahan negara diberikan kepada orang-orang suku Hutu, nah dari jaman penjajahan si Belgia udah membina perang suku ini, dan puncaknya saat merdeka perang saudara ini berkobar..
Mas Paul pada dasarnya aman sih saat perang saudara ini terjadi, secara dia dari suku Hutu, TAPI selain didadanya berkobar jiwa Nasionalisme yang besar, istrinya adalah seorang suku Tutsi. Pusat kekuatan film ini adalah saat terjadi pembantaian besar-besaran oleh si mayoritas Hutu kepada Tutsi, dimana suku Hutu sebagai mayoritas dan penguasa pemerintahan dan militer. Saat itu yang ada dipikiran paul adalah menyelamatkan keluarganya. Tapi rasa nasionalisme dan kemanusiaan yang tinggi paul menyelematkan beberapa warga yang masih mempunyai hubungan saudara dan beberapa warga, dan semuanya dikumpulkan dalam hotelnya. Dan akhirnya ratusan wargapun berdatangan dan berlindung dihotel ini. Tapi dengan ini bukan serta merta hotel menjadi tempat pengungsian, Paul dan beberapa karyawan hotel yang loyal tetap mempertahankan pelayanan hotel yang terbaik (bahkan masih menarik bayaran untuk penggunaan kamar lho.....). warga yang berlindung di hotel ini berasal dari ke. 2 suku.
Hingga akhirnya berdasarkan info dari anggota tentara keamanan PBB yang masih sesekali mengamankan hotel ini menyatakan bahwa Tentara dari suku hutu dan pejuang suku hutu akan mencari orang-orang dari suku Tutsi untuk dibantai. Berdasarkan info ini paul tidak tinggal diam, dia berusaha sekuat mungkin mengungsikan semua penghuni hotel kedaerah aman, tentunya dengan bantuan tentara PBB.
Saat tiba hari pengungsian, paul sangat berat meninggalkan hotel, apalagi didapat kenyataan bahwa tentara PBB tidak mampu menyelamatkan pengungsi Hotel. Saat truk yang membawa Paul+anak istri dan beberapa keluarga dekat, paul melompat turun dari truk, dia menitipkan anak istrinya kepada tentara PBB di.truk itu dan membiarkan truk itu meninggalkan paul menuju daerah pengungsian yang aman. Paul tidak rela meninggalkan hotel dengan beberapa warga dan pegawainya didalamnya.
Paul berusaha sekuat mungkin melobi tentara PBB agar menambah truk untuk mengevakuasi warga yang masih tertinggal dihotel. Dan akhirnya Paul bisa mendapat tambahan truk tepat waktu dan meninggalkan hotel. Sesaat setelah meninggalkan hotel maka pecahlah pembantaian itu, hotel diserang dan ditengah perjalanan pun truk itu ditembaki para pejuang hutu, dengan susah payah Paul dan warga yang berada didalam truk aman dan tetap melanjutkan perjalanan ke tempat pengungsian yang aman.

Pelajaran yang kudapat dari film ini adalah NASIONALISME+PROFESIONALISME bisa disajikan dan dibungkus dengan rasa KEMANUSIAAN yang luar biasa dari seorang paul Rusesabagina.
Orang hebat dan langka yang berada ditengah2 peperangan saudara dibelahan bumi afrika.
Entah saat ini, dijaman ini masih adakah orang-orang seperti ini.
Orang-orang yang cinta damai
Orang-orang yang mempunyai rasa Nasionalisme
Orang-orang yang menginginkan
Andaikan masih banyak orang-orang seperti ini didunia,
yakinlah tidak ada peperangan, permusuhan sampai pembunuhan.

Sekedar mengenang perang saudara di. Rwanda.....
Hampir 3 bulan, 1 juta warga habis dibantai oleh perang saudara ini.
Memang saat itu perhatian dunia terhadap perang saudara di.Rwanda ini sangat kurang....ada suatu adegan yang membuktikan itu.
Saat paul berterima kasih kepada seorang wartawan yang dapat mengambil gambar sebuah pembantaian dan mengirimkan untuk kemudian disiarkan keseluruh dunia, paul sangat berharap dengan begitu dunia akan melihat keadaan chaos dinegaranya dan berharap semua orang didunia akan membantu menyelesaikan perang saudara ini. Tapi apa daya, jawaban wartawan itu sungguh mengejutkan. Dengan penuh simpati wartawan itu mengatakan penonton televisi memang akan menonton ini. Mereka akan mengatakan, wow keadaannya sangat mengerikan dan menyedihkan. Tapi apa? Setelah itu mereka kembali melanjutkan makan malam mereka."
Ahh, Doa’ku buat saudara-saudara ku dibelahan lain bumi ini yang sedang berperang.....BERDAMAILAH

Tidak ada komentar: